Sabtu, 15 Agustus 2009

AIDS

P E N DA HU L UA N

AIDS ( Acquered Immuno Deficiency Syndrom ), AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV, virus ini ditemukan oleh Montasnier, seorang ilmuan perancis (Institute Posterur, Paris 1983) yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala Limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associate virus (LAV)

Infeksi oleh HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik mulai dari infeksi tanpa gejala (Asimtomatik) pada stsdium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.

DAFTAR ISI

BAB I

Kata pengantar ..............................................................................................................

Pendahuluan ....................................................................................................................

BABII

PEMBAHASAN

2.1 Definisi ...........................................................................................................................

2.2 Etiologi...........................................................................................................................

2.3 Patogenesis ................................................................................................................

2.4 Gambaran Klinis ........................................................................................................

2.5 Pemeriksaan penunjang .........................................................................................

2.6 Diagnosis.......................................................................................................................

2.7 Penatalaksanaan .....................................................................................................

- Medika Mentosa .....................................................................................................

- Non MedikaMentosa .............................................................................................

BAB III

PENUTUP ..............................................................................................................................

Kesimpulan........................................................................................................................

KATAPENGANTAR ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

AIDS ( Acquered Immuno Deficiency Syndrom ) adalah kumpulan segala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

2.2 Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV, virus ini ditemukan oleh Montasnier, seorang ilmuan perancis (Institute Posterur, Paris 1983) yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala Limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associate virus (LAV).

Gallo (National Institute Of Health, USA 1984) menemukan virus HTLV-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS, pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil penemuan Internasional Committee On Taxonomy Of Viruses (1986) WHO diberikan nama resmi HIV.

2.3 Patogenesis

HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina seta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :

1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang pengidap, ini dalah cara yang paling umum terjadi meliputi 80-90% total kasus sedunia.

2. Kontak lansung dengan darah atau jarum suntik.

3. Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV pada bayinya melalui plasenta.

2.4 Gambaran Klinis

Infeksi oleh HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik mulai dari infeksi tanpa gejala (Asimtomatik) pada stsdium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.

Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah terinfeksi bahkan dapat lebih lama lagi. Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalanan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik di uraikan dalam fase-fase berikut :

a. Infeksi Akut

Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan, gejala yang timbul umumnya seperti influenza (Demam, artralgia, malaise, anoreksia). Gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria). Gejala syaraf (Sakit kepala, Nyeri Retrobulber, Rodikulopati, Gangguan Kognitif dan Apektif). Gangguan gastrointestinal (Nausea, Vomitus, Diare, Kardidiasis Orofaring), gejala tersebut diatasi merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan berlansung kira-kira 1-2 minggu.

b. Infeksi Kronis Asimtomatik

Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun-tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik saja meskipun sebenarnya terjadi reflikasi virus secara lambat didalam tubuh. Beberapa penderita mengalami pembengkakan kelenjar limfe menyeluruh disebut Limfadenopati generalisata persisten pada fase ini secara sporadic muncul penyakit-penyakit Autorium misalnya :

· Idiopatic thrombocytopenia (ITP)

· Sindrom guillan bare akut

· Mononeuritis multipleks

c. Infeksi Kronis Simtomatik

Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagai gejala penyakit ringan atau lebih berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

· Cara lansung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Penggunaan PCR antara lain untuk :

1. Tes HIV pada bayi, karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis.

2. Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif.

3. Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversy.

· Cara tidak lansung, yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik.

Tes misalnya :

1. Elisa, sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi, hasil positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot.

2. Western blot, spesifitas tinggi (99,6-100%), namun pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam, mutlak diperlikan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan Elisa positif.

3. Immunofluores cent assay (IFA)

4. RadioImmunoPraecipitation assay (RIPA)

2.6 Diagnosis

Diagnosis di tunjukkan kepada 2 hal yaitu :

1. Keadaan terinfeksi HIV

2. AIDS

Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan langkah-langkah penting dalam menghadapi kedua keadaan ini, baik dari sudut epidemologi, pengobatan, perawatan, kesling maupun prognosis.

a. Diagnosis dini infeksi HIV

Diagnosis dini untuk menemukan infeksi HIV, dewasa ini diperlukan mengingat kemajuan-kemajuan yang diperoleh dalam hal pathogenesis dan perjalanan penyakit dan juga perkembangan pengobatan.

Keuntungan menemukan diagnosis dini ialah :

· Intervensi pengobatan fase infeksi asimtomatik dapat diperpanjang .

· Menghambat perjalanan penyakit kearah AIDS.

· Pencegahan infeksi oportunistik.

· Konseling dan pendidikan untuk kesehatan umum penderita.

· Penyembuhan (bila mungkin) hanya dapat terjadi bila pengobatan pada fase dini.

Diagnosis dini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk dari gejala-gejala klinis maupun dari adanya perilaku resiko tinggi individu tertentu.

b. Diagnosis AIDS

AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan kanker oportunistik yang mengancam jiwa penderita.

2.7 Penatalaksanaan

1. Medika mentosa

a. Infeksi dini

CDC menyarankan pemberian antiretrovirat pada keadaan asimtomatik bila CD 4<300/mm dan CD4 <500/mm pada keadaan asimtomatik, obat-obatan :

Ø Zidovodin (ZDV)

Merupakan analog nukleosa dan bekerja pada enzim reverse transcriptase CDC telah menyarankan pemakaian obat ini untuk infeksi HIV.

Dosis : 500-600 mg/hari, pemberian setiap 4 jam A 100 mg, sewaktu penderita jaga.

Ø Didanosin (DDI)

Belum ada rekomendasi pemberian DDI sebagai terapi pertama, melainkan dipakai bila penderita tida toleran terhadap ZDV, atau sebagai pengganti ZDV dimana ZDV sudah amat lama dipakai atau bila pengobatan dengan ZDV tidak menunjukkan hasil.

Dosis : 2x100 mg, setiap 12 jam (BB < 60 kg)

2x125 mg, setiap 12 jam (BB > 60 kg)

Ø Dideoxycytidine (DDC, Zalcitabine)

Diberikan sebagai kombinasi dengan ZDV, tetapi belum cukup banyak pengalaman untuk pemakaian tersebut.

Dosis : 0,03 mg/kg BB, diberikan setiap 4 jam.

ü Terapi Kombinasi

Banyak ahli cenderung mempergunakan terapi kombinasi ZDV dengan obat antiretroviral lain, misalnya :

Triple : Saquinavir 1-800 mg/hari

ZDV 600 mg/hari

DDC 2,5 mg/hari

Double : DDC + ZDV

DDC + Saquinavir

b. Profilaksis

Profilaksis terutama untuk PCP (Pneumocystic Carimi Pneumonia) banyak meningkatkan hasil pengobatan dan mamperpanjang hidup penderita, indikasi pemberian profilaksis untuk PCP adalah bila sel CD4 < 200/ml, kandidiasis oral yang berlansung > 2 minggu, atau pernah mengalami infeksi PCP di masa lalu.

c. Stadum lanjut

Pada stadium lanjut, tingkat imunitas penderita sudah sangat menurun dan banyak komplikasi dapat terjadi, umumnya berupa infeksi oportunistik yang mengancam jiwa penderita.

Obat yang dapat diberikan adalah ZDV dengan dosis awal 1000 mg/hari dalam 4-6 kali pemberian (BB 70 kg).

d. Fase terminal

Sampai saat ini dapat dinyatakan bahwa AIDS adalah penyakit fatal belum dapat disembuhkan, oleh karena itu penderita yang kita rawat akhirnya akan sampai pada fase terminal sebelum datangnya kematian, pada fase terminal dimana penyakit sudak tidak teratasi, pengobatan yang diberikan hanya simtomatik dengan tujan pasien merasa cukup enak, bebas dari raa mual dan sesak, mengatasi infeksi yang ada dan mangurangi rasa cemas.

2. Non Medika mentosa

Mengingat hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah serta obat yang dapat mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan merupakan cara yang paling tepat untuk menurunkan insiden penyakit ini.

Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Pendidikan kepada kelompok yang beresiko AIDS

b) Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan darah, organ, atau cairan semen dan mengubah kebeasaan seksualnya, guna mencegah terjadinya penularan.

c) Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV.

Ø Komplikasi

a) Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodefiency Virus (HIV), Leukoplakia oral, Nutrisi, Dehidrasi, Penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

b) Neurologik

o Kompleks dimensia AIDS kaena serangan lansung Human Immunodeficiency Virus pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disphagia dan isolasi social.

o Enselophaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit, meningitis, dengan efek sakit kepala, malaise, demam, paralise.

o Infark serebral karena sifilis maningofakuler, hipotensi sistemik dan maranik endokarditis.

o Neuropati karina inflamasi demielinasi oleh serangan Immunodeficiency Virus (HIV).

c) Gastrointestinal

§ Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limfoma dan sarcoma Kaposi, dangn efek penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsimdan dehidrasi.

§ Hepatitis karena bakteri dan virus,limpoma,sarcoma kopsi,obat illegal,alkoholik.

§ Denagn anoreksia,mual muntah,nyeri,abdomen,ikterik,demam atritis.

§ Penyakit anorektal karena abses dan fistula,ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi,dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal,gatal-gatal dan diare.

d) Respirasi

Infeksi karena pneumocystik carinii,cytomegalovirus,virus influenza,pneumoccorus,dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk,nyeri, hifoksia, keletihan, gagal nafas.

e) Dermatologik

o Lesi kulit stafilokokus : virus herves sumpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis.

o Reaksi otot, lesi cabbies/ tuma dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar.

o Infeksi sekunder dan sepsis.

f) Sensorik

Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendngaran efek nyeri.

g) Pencegahan

Dari apa yangtelah dibicarakan diatas jelaslah bahwa, sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat-obat yang efektif untuk mencegah atau menyembuhkan AIDS atau infeksi HIV, sehingga untuk menghindari infeksi HIV dan menekan penyebaranya dengan cara :

1. Perubahan perilaku

2. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.

3. Memeriksa adanya firus paling lambat 6 bulan setelah hubungn seksual yang tidak terlindungi.

4. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status (HIV) nya.

5. Tida bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya.

6. Mencegah infeksi kejanin/bayi baru lahir.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV, virus ini ditemukan oleh Montasnier, seorang ilmuan perancis (Institute Posterur, Paris 1983) yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala Limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associate virus (LAV).

Gallo (National Institute Of Health, USA 1984) menemukan virus HTLV-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS, pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil penemuan Internasional Committee On Taxonomy Of Viruses (1986) WHO diberikan nama resmi HIV.

HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina seta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :

1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang pengidap, ini dalah cara yang paling umum terjadi meliputi 80-90% total kasus sedunia.

2. Kontak lansung dengan darah atau jarum suntik.

3. Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV pada bayinya melalui plasenta.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga makalah ini yang berjudul “ AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)“ dapat terselesaikan.

Tida lupa pula ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam membuat makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna untuk kesempurnaan makalah ini.

Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, Juni 2009

Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Masjoer, Arif. Dkk, 2000. Kapita Selekta Kedikteran, Jakarta : EGC

Doengoes E, Marylin, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta : EGC

Dalli, Syaiful Fahmi, dkk, 1997.Penyakit Kulit dan Kehamilan. Jakarta : EGC

http : //dokterfoto .com /2006/04/06/AIDS/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IntenseDebate Comments - Last 5